Kerajaan Buddha di India sejak awal perkembangan sampai kemunduran

disusun guna memenuhi mata kuliah Buddhisme
oleh:
Fadhilati Haqiqiyah  


Sejarah perkembangan agama Buddha di India setelah Buddha Gautama wafat dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu:
a.       Masa perkembangan awal hingga pasamuan agung kedua
Masa perkembangan agama Buddha berawal dari munculnyaSiddharta Gautama. Namun Siddahrat Gautama meninggalkan tahta kerajaan.
1.      Kerajaan Maghada
Pada zaman dahulu di lembah sungai Gangga terdapatlah sebuah kerajaan yang berpengaruh bernama Magadha. Saat itu penguasa kerajaan Magadha adalah Raja Bimbisara yang bertahta di Rajagaha. Kemudian putra Raja Bimbisara, Pangeran Ajatasattu, karena hasutan dari Bhikkhu Devadatta, seorang murid Buddha Gotama yang jahat, membunuh ayahnya dan merebut tahta kerajaan.
Menjelang wafatnya Sang Buddha pernah berkunjung ke sebuah desa di pertemuan sungai Gangga dan sungai Sona bernama Pataligama. Saat itu perdana menteri kerajaan Magadha, Sunidha dan Vassakara, sedang membangun benteng di sana sebagai pertahanan terhadap suku Vajji. Saat melihat pembangunan benteng tersebut, Sang Buddha berkata kepada Ananda, salah satu murid sekaligus pelayan pribadi-Nya:
“Ananda, selama bangsa Ariya berkembang dan lalu lintas perdagangan menjadi lebih ramai, daerah ini akan menjadi kota yang terkemuka dan pusat perdagangan, Pataliputta. Tetapi Pataliputta, Ananda, dapat terkena tiga jenis bencana, yaitu api, air dan perselisihan.”
Putra Raja Ajatasattu, Udayabhaddaka, membunuh ayahnya dan menjadi raja Magadha. Raja Udayabhaddaka memindahkan ibukota kerajaan ke Pataligama. Putra Raja Udayabhaddaka, Mahamundika, membunuh ayahnya dan kemudian menjadi raja; Pangeran Anuruddha, putra Raja Mahamundika, menjadi raja setelah membunuh ayahnya; Pangeran Nagadasa, putra Raja Anuruddha, menjadi raja setelah membunuh ayahnya.[1] Namun Ajatasattu sangat menyesalai perbuatannya. Hal ini dibuktikan dengan sikapnya yaitu ketika raja Ajatasasttu ini menjadi sponsor atau pihak yang membantu adanya pasamuan Agung Pertama yang diadakan di Rajagraha.[2]
Para penduduk Magadha menjadi gusar atas pergantian raja mereka yang selalu dinodai dengan pembunuhan orang tua oleh anaknya. Mereka menurunkan Raja Nagadasa dari tahtanya dan mengangkat Sisunaga, seorang menteri yang dianggap layak, menjadi raja mereka. Raja Sisunaga memindahkan istananya ke Girivraja kemudian ke Vesali.[3]
2.      Kerajaan Kalasoka
Kemudian Raja Kalasoka menggantikan ayahnya, Raja Sisunaga. Ia memindahkan kembali ibukota kerajaan ke Pataliputta. Pada akhir tahun kesepuluh pemerintahan Raja Kalasoka, seratus tahun telah berlalu sejak Parinibbana Sang Buddha.
Dinasti Sisunaga berakhir ketika Mahapadma Nanda merebut tahta kerajaan Magadha dan mendirikan Dinasti Nanda. Pada periode yang sama Alexander Agung dari Macedonia menguasai kerajaan Persia dan ingin memperluas kekuasaannya ke daerah lembah sungai Indus di India bagian barat laut. Ia menyeberangi sungai Indus dan menyerang Punjab sampai dengan sungai Hyphasis, namun para pasukannya memberontak dan menolak untuk melakukan penyerangan lebih jauh. Ia pun terpaksa kembali ke Persia.[4]
b.      Masa kekuasaan Raja Asoka
Raja Ashoka
Sepeninggal Chandragupta, kerajaan digantikan oleh cucunya Ashoka (269-232SM) sampai ke Kalingga di pantai timur India. Pada masa pemerintahannya, Buddha ditetapkan sebagai agama negara. Dia sendiri adalah penganut Buddha yang taat.
Pada masa Ashoka, peradaban India mencapai puncak kejayaan. Para penggantinya hanya berkuasa sampai tahun 180 SM. Setelah itu, imperium Maurya mengalami keruntuhan akibat invasi pasukan asing.[5]
Asoka adalah raja yang berhasil meluaskan kekuasaan hampir seluruh India. Tapi, setelah memeluk agama Buddha ia menyesali perbuatannya, dan kegiatannya kemudian diarahkan pada penyebaran agama yang dipeluknya. Pada masa pemerintahannya, Buddha menjadi agama negara.[6] Raja Asoka sendiri mengenal ajaran Buddha karena pertemuannya dengan Samanera Nigrodha yang tak lain adalah keponakannya sendiri yang tidak ia ketahui. Pada tahun ini juga adik raja, Pangeran Tissa, meninggalkan keduniawian dan menjadi bhikkhu bersama dengan Aggibrahma, suami Putri Sanghamitta.[7]
Dibawah kekuasaan Raja Asoka diadakan pasamuan agung ketiga pada tahun 249 SM diPataliputta. Hasilnya tersusunnya kitab Abhidharma pitaka.
Atas anjuran Rasa Asoka, diputuskan untuk mengirimkan utusan ke berbagainegara untuk menyebarkan dharma, antara lain: ke Siria, Mesir, Yunani, Macedonia, India Belakang, dan Asia Tenggara. Salah satu utusannya ialah Mahinda (putra Asoka) sehingga Sri Lanka merupakan pusat agama Buddha yang penting di dunia.
Setelah Asoka meninggal dunia (233 SM) kerajaan terpecah menjadi beberapa bagian.[8] Setelah kematian Raja Asoka, kerajaan Magadha mulai terpecah-pecah karena sebab yang tidak jelas. Perebutan kekuasaan terjadi antara kedua cucu Raja Asoka, Pangeran Sampradi dan Pangeran Dasaratha, yang kemudian membagi kerajaan menjadi dua. Wilayah kerajaan berkurang hingga hanya tersisa di lembah sungai Gangga dan akhirnya sekitar lima puluh tahun kemudian raja terakhir dinasti Moriya bernama Brhadrata dibunuh oleh panglima perangnya sendiri, Pusyamitra Sunga, yang kemudian mendirikan dinasti Sunga.[9] Dan pada tahun 158 SM kekuasaan dinasti Maurya digantikan oleh dinasti Sunga.[10]
c.       Masa kemunduran agama Buddha
Setelah mengalami perkembangan yang mengesankan di India lebih kurang lima abad, akhirnya agama Buddha mengalami kemunduran pada abad ke- 7 M, kemerosotan itu meluas ke India, antara lain disebabkan oleh serangan bangsa Hun Putih dari utara yang banyak menghancurkan pusat-pusat peribadatan agama Buddha. Usaha untukmengatasi kemunduran tersebut juga ada, seperti yang dilakukan oleh raja Harsya, namun itu gagal.[11]
Berikut kerajaan-kerajaan yang ada pada masa kemunduran agama Buddha:
Pada beberapa abad kemudian keadaan mulai berubah sejak berdirinya Dinasti Sunga (184-72SM) di India. Dinasti ini menetapkan agama  Hindu sebagai agama resmi Negara. Raja pertama Dinasti  Sunga yaitu Pushyamitra Sunga  tidak menyukai agama Buddha dan memihak kepada agama Hindu. Hal itu dimanfaatkan kaum brahmana untuk menekan penganut agama Buddha hingga perlahan-lahan pengaruh agama Buddha makin surut. Kebijakan kerajaan Sunga dianggap sebagai penghinaan agama Budha. Kemudian raja Sunga dibunuh oleh menterinya Vasudeva yang akhirnya menjadi penggantinya (73 SM). Keturunannya bernama Kanva memerintah selama 45 tahun dan diganti oleh raja Andhra yang memerintah hampir 250 tahun lamanya. Selama raja Andhra memerintah Agama Brahma dan Budha mendapat penghargaan yang sama.
Namun akhirya kerajaan tersebut ditaklukkan oleh Bangsa Parthi yang terus merebut daerah Sungai Indus di India Barat. Di zaman inilah terjadi perpindahan Bangsa Asia tengah ke India. setelah masa tersebut, muncullah kerajaan-kerajaan kecil di India, (kerajaan kecil di setelah kerajaan Maurya diantaranya: kerajaan Sunga, Kerajaan Kanva, Kerajaan Chedi, bangsa Baktria, Saka, Parthian, Khusan[12]) hingga akhirnya muncu kerajaan Gupta pada abad ke- 4. Setelah raja Chandragupta II Vikramaditya wafat tahun 415 Kerajaan Gupta lambat laun mundur terutama karena desakan bangsa Huna dari utara dan sikap raja penggantinya yang tidak cakap, bangsa Huna pun makin menekan India. Pemerintahan selanjutnya ialah kerajaan Harsha. Zaman Raja Harsha (606-647) Dalam sejarah India sebelum zaman Islam terdapat pemerintahan Harsha, raja ini bercorak Hindu. [13]



Jika menemukan kesalahan dalam tulisan, silahkan komentar. karena disini penulis masih dalam tahap belajar. trimakasih :)





[1] Devanaga Buddhis Center, Riwayat Hidup Raja Asoka, diakses pada 28 Mei 2013, dari http://devanaga.wordpress.com/2010/11/02/riwayat-hidup-raja-asoka/
[2] Fadhilati Haqiqiyah, Makalah pembanding: Sejarah Penulisan Tripitaka, h. 8
[3] Devanaga Buddhis Center, Riwayat Hidup Raja Asoka, diakses pada 28 Mei 2013, dari http://devanaga.wordpress.com/2010/11/02/riwayat-hidup-raja-asoka/
[4] Devanaga Buddhis Center, Riwayat Hidup Raja Asoka, diakses pada 28 Mei 2013, dari http://devanaga.wordpress.com/2010/11/02/riwayat-hidup-raja-asoka/
[5] Supriatna, Nana, Sejarah, (Jakarta: Grafindo Media Pratama), h. 68
[6] Ali, Mukti, Agama-Agama Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press), cet. l, 1988, h. 134
[7] Ariyakumara, Cerita Jataka, diakses pada 28Mei 2013, dari http://jatakakatha.wordpress.com/category/riwayat-hidup/riwayat-hidup-raja-asoka/
[8] Ali, Mukti, Agama-Agama Dunia, h. 134-135
[9] Ariyakumara, Cerita Jataka, diakses pada 28Mei 2013, dari http://jatakakatha.wordpress.com/category/riwayat-hidup/riwayat-hidup-raja-asoka/
[10] Ali, Mukti, Agama-Agama Dunia, h. 134-135
[11] Ali, Mukti, Agama-Agama Dunia, h.137
[12] S. K. Kochhar, Teaching of History, (Jakarta:Grasindo), 1973, h.120-121, google book
[13] T.S.G, Mulya. India, Sedjarah dan Pergerakan Kebangsaan, Jakarta : Balai Pustaka, 1952.

No Response to “Kerajaan Buddha di India sejak awal perkembangan sampai kemunduran”

Leave a Reply