Hinayana dan Mahayana


disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Buddhisme 
oleh : Fadhilati Haqiqiyah 


1.      Sejarah Hinayana dan Mahayana
Agama Buddha setelah 300 tahun dari zaman Sang Buddha mulai berangsur-angsur
pecah. Pada garis besarnya ada dua aliran besar: Theravada dan Mahayana.[1]
Seabad setelah Sang Buddha Gotama wafat, Agama Buddha terbagi menjadi dua mazhab besar Theravãda dan Mahayana. Hal ini berawal dari pewarisan Tripitaka secara lisan dari satu generasi ke genarasi berikutnya. Satu abad kemudian terdapat sekelompok Bhikkhu yang berniat hendak mengubah Vinaya. Menghadapi usaha ini, para Bhikkhu yang ingin mempertahankan Dhamma - Vinaya sebagaimana diwariskan oleh Sang Buddha Gotama menyelenggarakan Pesamuan Agung Kedua dengan bantuan Raja Kalasoka di Vesali, di mana isi Kitab Suci Tipitaka diucapkan ulang oleh 700 orang Arahat. Kelompok Bhikkhu yang memegang teguh kemurnian Dhamma - Vinaya ini menamakan diri Sthaviravada, yang kelak disebut Theravãda. Sedangkan kelompok Bhikkhu yang ingin mengubah Vinaya menamakan diri Mahasanghika, yang kelak berkembang menjadi mazhab Mahayana.[2] Pada konsili ke III Sangha sudah terpecah dua, yaitu : Theravãda (Sthaviravada) dan Mahasanghika. Sementara itu ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa pada Konsili III ini bukan merupakan konsili umum, tetapi hanya merupakan suatu konsili yang diadakan oleh Sthaviravada.[3]
2.      Aliran Mahayana dan Hinayana
Mahayana
Mahāyāna yang secara harafiah berarti 'Kendaraan Besar') adalah satu dari dua aliran utama Agama Buddha dan merupakan istilah pembagian filosofi dan ajaran Sang Buddha. Mahayana, yang dilahirkan di India
Antara abad 1 SM hingga 1 M, kedua istilah Mahayana dan Hinayana muncul di Sutra Saddharma Pundarika atau Sutra Teratai Ajaran Kebajikan.
Kira-kira pada abad ke-2 M, Mahayana barulah didefinisikan secara jelas. Nagarjuna mengembangkan filosofi “kekosongan” Mahayana dan membuktikan bahwa segala sesuatunya adalah “Kosong” dalam buku kecil “Madhyamika-karika”. Kira-kira pada abad ke-4, Asanga dan Vasubandhu banyak menulis buku-buku Mahayana. Setelah abad ke-1 M, kaum Mahayana meneguhkan pendiriannya dan setelahnya istilah Mahayana dan Hinayana mulai dikenal.
Menurut sejarawan, Mahayana menjadi gerakan utama dalam Agama Buddha di India pada abad ke 5, mulai masa tersebut naskah-naskah Mahayana mulai muncul pada catatan prasasti di India. Sebelum abad ke 11 (ketika Mahayana masih berada di India), Sutra-sutra Mahayana masih berada dalam proses perbaikan. Oleh karena itu, beragam sutra dari sutra yang sama mungkin muncul. Terjemahan-terjemahan ini tidak dianggap oleh para sejarawan dalam membentuk sejarah Mahayana.
Dalam perjalanan sejarahnya, Mahayana menyebar keseluruh Asia Timur. Negara-negara yang menganut ajaran Mahayana sekarang ini adalah Cina, Jepang, Korea dan Vietnam dan penganut Agama Buddha Tibet (etnis Himalaya yang diakibatkan oleh invasi Cina ke Tibet). Aliran Agama Buddha Mahayana sekarang ini adalah "Pure Land", Zen, Nichiren, Singon, Tibetan dan Tendai. Ketiga terakhir memiliki aliran pengajaran baik Mahayana maupun Vajrayana.[4]
Pimpinan besar Mahayana:
ª Nagarjuna, yaitu pimpinan Sangha yang ke-14. Beliau mendirikan suatu perguruan mistik yang bernama Madhyamika.
ª Aryasangha, yaitu pimpinan Sangha pada abad ke-4 M. Beliau mengajarkan Yogacara dan ajaran bahwa kesadaran adalah yang sejati.
ª Canti Deva, yaitu pimpinan Mahayana terakhir. Beliau mengarang kitab Ciksasammucchaya dan Bodhicaryavatara.
Kitab Suci Mahayana, diantaranya:
1.  Karandavyuha
2.  Sukhavatisvaha
3.  Saddharmapundarika
4.  Lankavahara Sutra
5.  Avatamkara Sutra
6.  Vujraccedhika Sutra[5]

Hinayana
Hinayana berarti kendaraan kecil. adalah istilah dalam agama Buddha yang muncul setelah Mahayana berkembang.
Antara abad 1 SM hingga 1 M, kedua istilah Mahayana dan Hinayana muncul di Sutra Saddharma Pundarika atau "Sutra Teratai Ajaran Kebajikan". Kira-kira abad ke-2 M, Mahayana didefinisikan secara jelas. Nagarjuna mengembangkan filosofi "kekosongan" Mahayana dan membuktikan bahwa segala sesuatunya adalah "Kosong" dalam buku kecil "Madhyamika-karika". Kira-kira pada abad ke-4, Asanga dan Vasubandhu banyak menulis buku-buku Mahayana. Setelah abad ke-1 M, kaum Mahayana meneguhkan pendiriannya dan setelahnya istilah Mahayana dan Hinayana mulai dikenal.[6]
Penganut-penganut hinayana menitikberatkan meditasi untuk mencapai penerangan sempurna sebagai jalan yang terpendek dalam menyelami dhamma dan mencapai pembebasan atau Nibbana. Pokok ajaran aliran ini yaitu diantaranya:
1)      Segala sesuatu bersifat fana, serta hanya berada untuk sesaat saja.
2)      Dharma-dharma itu adalah kenyataan atau relasi yang pendek dan kecil.
3)      Tujuan hidup adalah Nirwana, tempat kesadaran ditiadakan.
4)      Cita-cita yang tertinggi adalah menjadi Arahat.
Kitab suci Hinayana, yaitu:
1.  Vinaya Pitaka, yaitu kitab yang berisi peraturan-peraturan Bhikkhu dan Bhikkhuni.
2.  Sutta Pitaka, yaitu kumpulan khotbah atau ceramah Buddha Gotama.
3.  Abhidhamma Pitaka, yaitu analisis pengajaran Buddha.[7]
3.      Persamaan dan Perbedaan Hinayana dan Mahayana
Persamaan antara Hinayana dan Mahayana
1. Memusnahkan kemelekatan, kebencian, dan khayalan atau ilusi (raga,dvesa, moha).
2. Dunia tiada permulaan atau awal (anamataggo-ayam-samsaro) begitu juga akhir.
3. Empat Kesunyataan Mulia atau Kebenaran Utama; dukkha, samudaya, nirodha, marga, dan 8 Jalan Utama,
4. Semua makhluk dunia dan obyek adalah tidak kekal (anitya), bersifat sebentar (ksanika) dan di dalam keadaan terus menerus berubah (santana), dan tanpa adanya sesuatu subtansi nyata (anatmakam),
5. Hukum Sebab-Akibat yang saling bergantungan (pratitya-samutpada) adalah berlaku secara universal.
(Mahayana Buddhism, oleh Prof. Nalinaksha Dutt, Calcutta university, Delhi, 1978, hal. 80-82)
Perbedaan antara hinayana dan Mahayana
Th. Stcherbatsky, Ph.D. Di dalam bukunya The Conception of Buddhist nirvana (With Sanskrit Text of Madhyamaka-Karika) Motilal Banarsidass, Varanasi, 7968, halaman 22-36, menjelaskan perbedaan antara Hinayana dan Mahayana secara garis besar sebagai berikut :
1. Perbedaan di dalam Interpretasi mengenai Pratityasamutpada,
2. Perbedaan di dalam konsep mengenai Nirvana,
3. Perbedaan di dalam tujuan akhir,
4. Perbedaan yang berhubungan dengan usaha untuk pencapaian Nirvana,
5. Perbedaan yang berhubungan dengan penghapusan mengenai avaranas atau rintangan,
6. Perbedaan di dalam konsep mengenai Dharma,
7. Perbedaan di dalam konsep mengenai Buddhology,
8. Hinayana intellektual, Mahayana intellektual juga bakti-puja,
9. Hinayana pluralistik, Mahayana non-dualistik,
10. Hinayana rasionalistik, Mahayana gaib.[8]
Adapun pada refrensi lain disebutkan perbedaan mahayana dan hinayana, yaitu:[9]
No.
Hinayana
Mahayana
1.
Interpretasi tentang kebudhaan bersifat historis dan etis
Interpretasi tentang kebudhaan bersifat metafisik dan religius
2.
Konsep tentang tanpa-aku bersifat analitis dan skolaistik
Konsep tentang tanpa-aku bersifat intuitif
3.
Sudut pandang keselamatan bersifat individualistik
Sudut pandang keselamatan bersifat altruistis
4.
Cita-cita tertinggi adalah Arahat
Cita-cita tertinggi adalah Bodhisatwa
5.
Menitikberatkan pada meditasi sebagai jalan pelepasan
Menitikberatkan kebaktian kepada Triratna
6.
Tidak ada upacara-upacara yang rumit
Banyak sekali upacara keagamaan yang rumit
7.
Tidak ada Bodhisatwa Mahasattva yang dipuja
Banyak sekali Bodhisatwa Mahasattva yang dipuja
8.
Pemikirannya lebih bersifat ortodoks
Pemikirannya lebih bersifat progresif
9.
Menganut 10 Paramita
Menganut 6 Paramita dan 4 Paramita tambahan
10.
Triratna menjadi perlindungan
Para Buddha, anak-anak Buddha atau Bodhisatwa menjadi perlindungan

     4.      Ritual dan Praktek Buddha Hinayana dan Mahayana
Para penganut aliran Mahayana menghormati Buddha Sakyamuni dan berbagai Boddhisattva (seperti Maitreya, Avalokitesvara atau Kuan Yin). Mahayana (khususnya di Tibet) memuja semua Buddha terdahulu atau Adi Buddha, Amitabha, Vairocana, Askyobhya, Amoghasiddhi, dan Ratnasambhava, Tantra dan Mandala adalah termasuk praktik dalam Mahayana Tibet.
Sedangkan Theravada tidak mengabaikan adanya berbagai makhluk spiritual di jagad raya ini. Para penganutnya hanya memuja Buddha yang disebutkan dalam Tipitaka, khusunya Buddha Sakyamuni, yang dikenal juga sebagai Buddha Gotama. Theravada tidak memuja para Bodhisatva walaupun mereka memberikan rasa hormat karena kebijaksanaan dan kasih sayangnya yang besar.
Semangat bakti terlihat sangat menonjol di vihara-vihara Mahayana, khususnya di negara-negara yang sangat di pengaruhi oleh kebudayaan China. Hal ini tidak terpopuler di negara-negara Buddhis Theravada kecuali Thailand.
Di Vihara-Vihara Mahayana, para pemuja menggunakan gambar dan relik (termasuk abu kremasi) dari anggota keluarganya yang sudah meninggal. Relik ini kemudian digunakan sebagai obyek sembahyang dan pemujaan. Umat Buddha Mahayana mempersembahkan bunga, dupa, lilin, buah dan makanan, yang secara harfiah untuk menghormati roh dari orang yang telah meninggal. Tradisi ini tersimpan dalam ingatan para anggota keluarga yang telah meninggal.
Pali Sutta diucapkan di Vihara-Vihara, Theravada sedangkan syair-syair suci Sansekerta diucapkan di Vihara-Vihara Mahayana. Sebagai Tambahan dalam Bahasa Pali dan Bahasa Sansekerta logat seperti Birma, China, Jepang, Newari, Thai dan sebagainya dipergunakan tergantung pada kebudayaan setiap penganutnya.
Secara keseluruhan, Vihara-Vihara Mahayana terkesan meriah dan indah, dihiasi dengan gambar beraneka warna, patung dan hiasan lainnya. Vihara-vihara Theravada biasanya tampak sederhana dan miskin dekorasi dibandingkan dengan vihara-vihara Mahayana. Hal yang sama, ritual Mahayana jauh lebih meriah susunannya daripada praktik ritual Theravada.[10]


Jika terjadi kesalahan dalam tulisan ini mohon maaf, karena penulis masih dalam tahap belajar, harap maklum. :)

[1] Yahoo Groups, Sekte-Sekte Agama Buddha dan kitab masing-masing, diakses pada 25 mei 2013, dari http://groups.yahoo.com/group/semedi/message/11771
[2] Fadhilati Haqiqiyah, Makalah Pembanding: Pengertian Tripitaka dan Sejarah Penulisannya, h. 2
[3] Fadhilati Haqiqiyah, Makalah Pembanding: Pengertian Tripitaka dan Sejarah Penulisannya, h. 6
[4] Wikipedia, Mahayana, diakses pada 25 mei 2013, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Mah%C4%81y%C4%81na
[5] Linhua Andy, Aliran Hinayana dan Mahayana, diakses pada 25 Mei 2013, dari http://vincentspirit.blogspot.com/2012/08/aliran-hinayana-dan-mahayana.html
[6] Wikipedia, Hinayana, diakses pada 25 mei 2013, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Hinayana
[7] Linhua Andy, Aliran Hinayana dan Mahayana, diakses pada 25 Mei 2013, dari http://vincentspirit.blogspot.com/2012/08/aliran-hinayana-dan-mahayana.html
[8] Forum Wihara.com, Secara Ringkas Mahayana dan Theravada, diakses pada 25 Mei 2013, dari http://www.wihara.com/forum/theravada/4197-secara-ringkas-mahayana-dan-hinayana-theravada.html
[9] Linhua Andy, Aliran Hinayana dan Mahayana, diakses pada 25 Mei 2013, dari http://vincentspirit.blogspot.com/2012/08/aliran-hinayana-dan-mahayana.html
[10] Yang Mulia Bhikkhu Dr. Sunanda Putuwar, Perbedaan dan Persamaan antara Mahayana dan Theravada, diakses pada 26 Mei 2013, dari http://www.artikelbuddhis.com/2010/09/perbedaan-dan-persamaan-antara.html

No Response to “Hinayana dan Mahayana”

Leave a Reply